Yuhuuuu.. saya kembali.. ada yang cari
saya? colek mba Ima di Polewali dan mba Rini di Medan. Cukup lama juga
neh tidak update..he eh nih secara minggu lalu saya ke Palembang, berdua
saja dengan Sophie. Seminggu kurang di sana, nah sebenarnya Sabtu malam
saya sudah di Batam, tapi apa daya, terserang radang tenggorokan lagi,
jadi tidak bisa update blog secepatnya.
Pulang
ke Palembang kali ini ada insiden di mana saya kehilangan KTP, dan saya
yakinnya hilangnya di bandara, antara bandara Hang Nadim Batam atau
bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Secara begitu boarding di
Batam, saya yang biasanya langsung memasukkan KTP ke dalam dompet,
entah mengapa malah memilih mengantonginya dulu bersama dengan boarding
pass. Padahal sebelum masuk pesawat, saya keluarkan lagi boarding
passnya, apa jatuh ketika itu? entahlah.. dan herannya lagi, ktp,
boarding pass dan hp saya letakkan di satu kantong..ketika sampai di
Palembang, saya mengeluarkan hp juga berikut boarding pass untuk
pengambilan bagasi.
Tapi
saya tidak sadar kalau ktp bisa saja tercecer, nah sadarnya ketika di
taxi (tidak ada yang jemput sih he he he), loh mana ktp ya, jadi periksa
dompet, merogoh kantong dan bahkan memeriksa seluruh bagian tas, tidak
ada tanda-tanda ktp di mana pun.
Sampai
di rumah mulai sibuk deh cari nomor telepon bandara Palembang, dan
pihak bandara berjanji kalau ketemu akan menghubungi saya. Hmmm sibuk
juga telepon bandara Batam, tapi tidak bisa saja tersambung, akhirnya
cerita ke bapaknya Sophie dan bapaknya Sophie yang coba telepon dari
Batam. Dan pihak bandara Batam katakan datang saja ke bandara, cek di
bagian informasi. Ya sudahlah untungnya masih ada SIM, jadi masih bisa
digunakan untuk check in ketika pulang ke Batam.
Dalam
perjalanan pulang ke Batam, di bandara Palembang, saya tidak menyerah,
saya ke bagian informasi menanyakan ktp yang hilang lalu diarahkan ke
security kedatangan, lumayan jauh perjalanan dari terminal keberangkatan
dan kedatangan.. dari security kedatangan, saya dikatakan harus
mengeceknya ke security keberangkatan, karena semua kartu identitas dan
kartu lain-lain yang tercecer di bandara semua dikumpulkan di sana.
Ok
deh kembali lagi ke terminal keberangkatan, ya tentu saja sekalian
donk, kan saya mau pulang ke Batam, jadi harus ke terminal keberangkatan
lagi. Nah di sana saya ditunjukkan buku berisi ktp yang hilang yang
sudah disusun berdasarkan abjad, ternyata di buku tersebut tidak ada
juga ktp saya. Lalu pak securitynya mengeluarkan segambreng kartu dari
sebuah tas, lalu mulai lagi pencarian, tapi tetap nihil. Ya anda belum
beruntung...
Jadi
pencarian di Palembang nihil... okeh lanjutkan di Batam, begitu sudah
sampai di Batam, setelah selesai mengambil barang bagasi saya bertanya
kepada pihak citilink, kebetulan memang saya pulang pergi dengan pesawat
citilink. Nah di sana saya diajak ke kantor citilink untuk mencari lagi
ktp saya, ternyata tidak ada juga. Okeh... yang terakhir nanti adalah
pencarian di bagian informasi bandara. Berhubung saya sampai malam hari,
sudah jam 8 malam, jadi pencarian saya lanjutkan besoknya.
Dan
eng ing eng... saya bertanya ke bagian informasi bandara, saya diberi
segabrek ktp, dan saya disuruh mencari sendiri, H2C (harap-harap cemas)
juga neh, ternyata tidak ada juga.. alhasil menghela napas, ternyata
hilang entah di mana, siapkan tenaga untuk mengurus lagi si ktp ini. Sudah mengurus surat kehilangan di Polsek, lalu tadi coba ke kelurahan ealah ternyata butuh surat keterangan RT/RW, memang sih baca-baca perlu surat keterangan ini tapi berspekulasi, siapa tahu tidak butuh lagi, ternyata he he he.. jadi nanti lagi urusannya.
Jadi
begitu deh cerita tidak penting saya.. he he he.. nah selama di
Palembang tadinya saya punya rencana untuk kulineran mie celor 26 Ilir
lagi, mie celor terkenal itu, yang dulu sudah sempat saya ulas di sini
di mie celor 26 Ilir.
Tapi apa daya, hari Rabu malam saya terserang radang tenggorokan, jadi
Kamis bukannya kulineran malah ke dokter he he he. Jumat belum sembuh
benar tapi sudah lumayan tapi hanya sempat beli kerupuk saja, itu saja
keringat dingin sudah mengucur deras.
Eits
tapi untungnya masih sempat kulineran pempek dan model dulu sebelum
sakit. Kami kulineran pempek di pempek Wawa. Pempeknya enak, cukonya
mantap surantap. Tapi ada kejadian lucu... dengan percaya dirinya kami
makan pempek, saya sudah habis 2, adik saya 2 lalu Sophie 3, lalu saya
lihat di kaca dekat kasir ada tulisan pempek ikan belida 9ribu/pc, ha...
jadi pempek yang kita makan ini 9 ribu satu biji begitu kata saya?
mahal amat ya.. bukannya dulu sekitar 4 ribu atau 5 ribu saja ya? hmm
tapi memang enak sih lanjut saya lagi.
Nah
Sophie ini kan ratu ngemil ya, jadi ternyata 3 buah pempek itu belum
cukup, minta tambah lagi, lalu minta makan srikayo juga. Pipi suka
sekali dengan yang ini begitu katanya ketika makan srikayo. Duh.. serba
salah juga, rasanya kok buang-buang uang kalau beli makanan harga segitu
mahal tapi Pipi suka. Tadinya mau tambah lagi, tapi saya larang... ha
ha ha.. lalu saya katakan nanti ibu buat ya di Batam.
Jadi
kalau menikmati pempek dan model atau tekwan, di meja makannya selalu
ada suguhan srikayo yaitu campuran telur dan santan yang diberi pandan
lalu dikukus. Makanan satu ini sangat legit, jadi tentu saja enak bagi
penyuka makanan legit dan harum pandan begini. Biasanya harga srikayo
akan sama atau tidak beda jauh dengan harga satu buah pempek. Jadi kalau
harga pempeknya 9 ribu ya srikayo kurang lebih sama.
Tapi
begitu mba yang melayani datang untuk menghitung lalu saya tanya, ini
pempek ikan apa? lalu jawabnya ikan tenggiri. Lalu saya katakan jadi
kalau pempek ikan belida harus pesan dulu ya, iya benar begitu kata si
mba. Naluri mak irit langsung beraksi, sok baik hati kepada anaknya,
Pipi mau pempek lagi? ha ha ha.... lanjut anaknya dengan semangat,
mau... mba tambah satu lagi pempeknya ya..secara ternyata bukan pempek
ikan belida yang 9 ribu perbiji itu.
Karena
ikan belida sudah sangat langka makanya harganya selangit. Ikan belida
itu adalah ikan sungai yang badannya pipih. Dulu kecil masih cukup
sering menemukan ikan belida di kolam-kolam milik tetangga belakang
rumah. Jadi ada yang memancing ataupun menjaring ikan, masih sering
ditemukan ikan belida. Nah lama kelamaan semakin jarang, karena
habitatnya juga sudah terpakai untuk perumahan penduduk.
Nah kembali ke judul neh, jadi ceritanya ketika di Palembang saya kok ingin makan kue legit yang 2 jenis ini ya, yaitu engkak ketan dan maksuba. Karena sampai hari ini saya belum tergerak juga untuk membuat sendiri kue-kue ini, walaupun prosesnya mudah, bahan hanya diaduk-aduk tapi proses memanggangnya yang lama yang membuat saya selalu mengurungkan niat.
Kue-kue jenis ini menggunakan telur yang terbilang banyak, lebih dari 10 butir, ya tergantung resep dan loyang sih, jadi karena belum mood membuatnya saya belum memutuskan mau pakai resep yang mana. Selain engkak dan maksuba ini ada juga jenis kue yang legit juga sebut saja lapis kojo dan kue 8 jam. Semuanya legit manis dan eggy secara banyaknya penggunaan telur dan gula eh ditambah lagi susu kental manis. Kalau saya katakan super sweet he he he.. jadi kalau makan tidak boleh banyak-banyak, satu potong atau 2 potong masih wajar, lebih dari itu akan terasa eneg, saya pernah mencobanya dan makan lebih dari 2, sampai mau muntah rasanya... eh tapi besoknya makan lagi tidak kapok, kapoknya banyak-banyak saja.. jadi makan berikutnya tidak berani banyak lagi.
Kalau kue 8 jam ini adonannya dikukus dan penamaan kue ini karena waktu memasaknya yang 8 jam, duh kebayang kan lamanya. Dulu ibu saya cukup sering membuat kue 8 jam ini. Tapi sudah lama tidak pernah lagi. Kue ini tidak dibuat berlapis, jadi adonan sekali saja masuk loyang, dan ketika sudah 8 jam adonan akan memadat.
Jadi saya pesan ke adik saya, nanti kamu pulang kerja belikan maksuba dan engkak ya, sedikit saja, kalau bisa potongan yang paling kecil saja. Ealah ketika dia pulang, loh kok banyak, masing-masing dibelinya setengah loyang.. waduh..
Nah saya bawa pulang ke Batam, dan eng ing eng, saya tahu sih kalau bapaknya Sophie sangat tidak menyukai maksuba ini, tapi saya coba lagi menawarinya, secara itu kan dulu, sudah beberapa tahun lalu, siapa tahu berubah selera. Lalu saya potong ukuran kecil dan saya katakan cobalah.. lalu dia mengambil sepotong, tapi belum sempat masuk mulutnya dia langsung batal makan, katanya bau kue ini merupakan bau yang paling dia tidak suka sedunia.. ha ha ha...
Tapi komentarnya tentang engkak, nah... kalau yang ini baru enak.. tidak terlalu bau telur... Hmm karena engkak ada campuran santannya kali ya.. jadi sedikit mengurangi aroma telurnya. Kalau saya.. suka semua kakak.. Sophie sama seperti bapaknya, tidak suka maksuba, sukanya engkak.
Kedua jenis kue ini saya simpan di kulkas, nah untuk maksuba walaupun di kulkas tetap lembut walaupun sedikit padat, kalau engkak sedikit keras walaupun tetap empuk, nah loh.. bahasanya..
Ok deh, begitu saja ya cerita saya, kali ini tidak berbagi resep dulu, he he he.. yang penasaran dengan engkak dan maksuba, boleh browsing-browsing.
Oh iya, catatan neh : yang berwarna lebih gelap adalah engkak ketan, sedangkan yang berwarna terang adalah maksuba.
Sippp... sampai jumpa di postingan selanjutnya ya.. terima kasih.
Nah kembali ke judul neh, jadi ceritanya ketika di Palembang saya kok ingin makan kue legit yang 2 jenis ini ya, yaitu engkak ketan dan maksuba. Karena sampai hari ini saya belum tergerak juga untuk membuat sendiri kue-kue ini, walaupun prosesnya mudah, bahan hanya diaduk-aduk tapi proses memanggangnya yang lama yang membuat saya selalu mengurungkan niat.
Kue-kue jenis ini menggunakan telur yang terbilang banyak, lebih dari 10 butir, ya tergantung resep dan loyang sih, jadi karena belum mood membuatnya saya belum memutuskan mau pakai resep yang mana. Selain engkak dan maksuba ini ada juga jenis kue yang legit juga sebut saja lapis kojo dan kue 8 jam. Semuanya legit manis dan eggy secara banyaknya penggunaan telur dan gula eh ditambah lagi susu kental manis. Kalau saya katakan super sweet he he he.. jadi kalau makan tidak boleh banyak-banyak, satu potong atau 2 potong masih wajar, lebih dari itu akan terasa eneg, saya pernah mencobanya dan makan lebih dari 2, sampai mau muntah rasanya... eh tapi besoknya makan lagi tidak kapok, kapoknya banyak-banyak saja.. jadi makan berikutnya tidak berani banyak lagi.
Kalau kue 8 jam ini adonannya dikukus dan penamaan kue ini karena waktu memasaknya yang 8 jam, duh kebayang kan lamanya. Dulu ibu saya cukup sering membuat kue 8 jam ini. Tapi sudah lama tidak pernah lagi. Kue ini tidak dibuat berlapis, jadi adonan sekali saja masuk loyang, dan ketika sudah 8 jam adonan akan memadat.
Jadi saya pesan ke adik saya, nanti kamu pulang kerja belikan maksuba dan engkak ya, sedikit saja, kalau bisa potongan yang paling kecil saja. Ealah ketika dia pulang, loh kok banyak, masing-masing dibelinya setengah loyang.. waduh..
Nah saya bawa pulang ke Batam, dan eng ing eng, saya tahu sih kalau bapaknya Sophie sangat tidak menyukai maksuba ini, tapi saya coba lagi menawarinya, secara itu kan dulu, sudah beberapa tahun lalu, siapa tahu berubah selera. Lalu saya potong ukuran kecil dan saya katakan cobalah.. lalu dia mengambil sepotong, tapi belum sempat masuk mulutnya dia langsung batal makan, katanya bau kue ini merupakan bau yang paling dia tidak suka sedunia.. ha ha ha...
Tapi komentarnya tentang engkak, nah... kalau yang ini baru enak.. tidak terlalu bau telur... Hmm karena engkak ada campuran santannya kali ya.. jadi sedikit mengurangi aroma telurnya. Kalau saya.. suka semua kakak.. Sophie sama seperti bapaknya, tidak suka maksuba, sukanya engkak.
Kedua jenis kue ini saya simpan di kulkas, nah untuk maksuba walaupun di kulkas tetap lembut walaupun sedikit padat, kalau engkak sedikit keras walaupun tetap empuk, nah loh.. bahasanya..
Ok deh, begitu saja ya cerita saya, kali ini tidak berbagi resep dulu, he he he.. yang penasaran dengan engkak dan maksuba, boleh browsing-browsing.
Oh iya, catatan neh : yang berwarna lebih gelap adalah engkak ketan, sedangkan yang berwarna terang adalah maksuba.
Sippp... sampai jumpa di postingan selanjutnya ya.. terima kasih.
Yayy...akhirnya mba Monic comeback hahaa. Kangen deh sm mba Monic. Waduh...menggiurkan sekali itu maksuba sm engkaknya. Wakaupun blm pernah makan aq bs bayangin rasanya yg manis dan lembut hihiii.
ReplyDeleteTeksturnya mirip bolu kojo ya mba. Klo bolu kojo sama kan ya rasanya kyk bolu koja dr Bengkulu. Itu aq pernah makan lgsg di Bengkulu waktu kecil. Udh pernah bikin jg sih dpt resep dr sodara. Aq suka bgt bolu koja.
iya nih mba Rini, akhirnya diriku kembali ya he he he.. peyuk2 dulu..
Deletebenar mba rasanya manis dan lembut, aih seandainya mba Rini di sini, sudah tak sodorin deh
kurang lebih teksturnya samalah ya mba, tapi kalau engkak ini sedikit lebih kenyal karena penggunaan ketan
iya neh kayaknya sama deh, maksuba ini pasti ada juga di bengkulu dan lampung dan juga jambi, jadi kalau bolu kojo rasanya juga kayaknya sama deh
Yeeeee....
ReplyDeleteMba Monic akhirnya update blog lagi.
Lamaaaaa...., banget ditungguin, ternyata banyak kejadian tak terduga selama mba Monic tidak posting.
Semoga pengurusan KTP baru bisa segera selesai dan mba Monic sehat selalu.
Cerita pas makan pempek bikin ngakak, mba. Heheheh....
Baru dengar nama kue ini. Sekilas Engkak dan Maksuba mirip lapis legit.
yeayyyy.. akhirnya lama juga ya ternyata, iya neh mba banyak kejadian tak terduga
Deletekarena sakit habis dari kelurahan itu ternyata tumbang, jadi sampai hari ini masih tidak enak badan mba.. amin terima kasih doanya mba Ima
iya mba benar, was-was kalau makan dengan pedenya eh pas di kasir malah bengong dengan harganya, untung ternyata, harga pempek ikan tenggiri hanya 5 ribu perbiji he he he
lapisannya mirip lapis legit mba, tapi rasanya beda, nah engkak sendiri beda rasa dengan maksuba
tapi yang jelas membuatnya semua pasti membutuhkan perjuangan ha ha ha